"KUBERAKI SEMUA GARDA DEPAN REVOLUSIONER DI MUKA BUMI"

Selasa, 12 Januari 2010

Dedy

Bukan, yang diatas bukan tema dari catatan ini, itu hanyalah kutipan dari tulisan Sub Comandante Marcos di Meksiko Tenggara (hehe). Ini hanyalah catatan yang ngalor-ngidul dari kami yang kesepian. Yah, kesepian, itulah yang kami rasakan setidaknya untuk saat ini. Kami kesepian dalam proyek ini proyek revolusi ini. Dan benar itulah konsekwensi yang harus kami terima jika memilih jalan yang menentang "arus utama" dinegeri ini; jalan "kiri dan penuh dosa". Seperti yang ditulis oleh Eko Prasetyo, dosa dan kiri adalah dua hal yang tidak boleh berlama-lama tinggal di negeri ini. Dan untuk mengklaim sebuah dosa semudah menunjuk muka seseorang. Seolah-olah dia telah menggantikan Tuhan. Sementara bagi mereka yang berkuasa "dosa" sudah digantikan menjadi kata "lumrah". Kami adalah sekumpulan orang yang mencoba mengimpikan sebuah "utopia" bagi sebagian orang dan "keniscayaan sejarah" bagi sebagian yang lain; Revolusi. Sebuah revolusi yang benar-benar revolusi. Pasti di antara kalian ada yang menggerutu "pasti sang penulis ini masih puber, masih Che" haha, benar, analisa anda sungguh tepat, oleh karena itu nikmati saja pertunjukkannya. Dan sebagian lain pasti akan mengatakan "ah, komunis!! bangsat!" Haha, untuk menghadapi yang begini kami harus bilang "ayo kita ngopi dulu".

Kami adalah anak kandung kemiskinan yang lahir dari rahim masyarakat yang timpang. Maka inilah wujud kami si anak buruk rupa. Kalian boleh mencaci dan memaki, itu adalah hak kalian. Tapi tunggulah, sejarah akan membuktikan siapa yang benar di antara kita. Wow, narsis? Tapi kami percaya bahwa kami akan menang walaupun kami masih sendirian untuk saat ini. tidak, bukan karena teori revolusioner menulis demikian, tapi kami akan menang karena kami sedang dan akan terus berusaha untuk menang.

Tentu saja ada orang yang pesimis dengan jalan yang kami tempuh, ada juga yang tak malu-malu menentang si pendosa ini, dan hormat kami bagi yang mendukung. Bagi yang pesimis kebanyakan mereka sering mempertanyakan strategi perjuangan yang kami jalankan dan mereka seringkali melontarkan pertanyaan (menurutku (bukan menurut kami), sebuah pertanyaan yang terlalu serius); "bukankah buang-buang waktu berjuang dengan aksi jalanan yang hanya di hadiri massa L.I.M.A.B.E.L.A.S orang?. Apalah arti suara segelintir manusia kecil bau kencur berhadapan dengan raksasa kekuasaan?". Maka inilah jawaban kami, (maaf jika jawaban ini sedikit kasar); bagi kami, perjuangan bukanlah sesuatu yang instan, tinggal kongkang-kongkang kaki sambil menunggu lembaga donor menanda-tangani kontrak untuk sebuah program turun ke desa (eh, ngomong-ngomong test CPNS kapan ya?), perjuangan selalu dimulai dari hal-hal kecil, bukankah revolusi-revolusi besar dunia tidak dilakukan dalam tempo instan melainkan dari sebuah proses panjang dan melalui berbagai dinamika perjuangan yang rumit. Benar saat ini penguasa tidak bergeming dengan suara-suara kecil ini, tapi kami percaya mata rakyat tertuju pada kami dan suara kami. Pendidikan politik bagi rakyat tetap harus dijalankan. Adalah kewajiban kita sebagai orang yang selalu gelisah dengan keadaan untuk menyebar-luaskan kegelisahan ini kepada rakyat. Memang tidak ada sebuah indikator pasti mengenai berapa banyak rakyat yang sudah terdidik dari hasil "pekerjaan tidak ada kerjaan ini" (maklum kami bukan lembaga survey) tapi hari ini kami percaya... (walah, jam berapa uda ne??)..

(bersambung..)

Dari sebuah warnet di pinggiran Banda Aceh (duit cuma Rp 5000, sementara angka di billing sudah menunjukkan Rp.4700 )
JANGAN ADA YANG TERSINGGUNG, SEMUA BOLEH NEGUR, MAKLUM KAMI SEDANG B.E.L.A.J.A.R MERENDA. MERENDA SEBUAH REVOLUSI!!! JIKA BOLEH MENG-ANALOGIKAN, KAMI ADALAH ANAK KECIL YANG BARU BELAJAR NGOMONG, JADI WAJAR JIKA SALAH NGOMONG.

0 komentar:

Posting Komentar